MAKALAH NUTRISI KLINIK VETERINER
 “Defisiensi Belerang pada Ternak”

Description: C:\Users\acer\Downloads\logo-pkh.jpg

Disusun oleh:

Anggit Prio Pambudi             
Mela Damayanti                     
Putri Suci Ruliyani                 
Guritna Saputra                      
Dhia Khoirunisa                     
Dessy Dwi                             




PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
 



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ternak merupakan hewan yang umum telah dibudidayakan oleh masyarakat. Ditinjau dari struktur pencernaannya maka dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia.Ternak ruminansia adalah sebutan untuk semua ternak yang mempunyai struktur pencernakan ganda yaitu terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Kebutuhan nutrisi untuk hidup dan produksi ternak ruminansia dipenuhi dengan memberikan pakan yang berupa hijauan dan konsentrat. Bahan pakan tersebut terdiri dari berbagai macam unsur yang berfungsi untuk menghasilkan energi dan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak. Salah satu bentuk nutrisi yang dibutuhkan tubuh adalah Belerang. Seperti unsur makanan yang lain, belerang diperlukan untuk kelancaran aktivitas tubuh. Belerang merupakan salah satu unsur yang penting bagi ternak. Hal ini terlihat pada kebutuhan akan belerang dan perannya di dalam kehidupan ternak. Belerang sebagai bahan pakan ternak ini dapat diperoleh dari beberapa pakan yang sudah komersial dan tidak asing lagi bagi para peternak. Defisiensi yang disebabkan belerang ini dapat menyebabkan beberapa kerugian salah satunya adalah anoreksia dan penurunan produksi susu pada sapi perah. Oleh karena itu, para peternak khususnya harus lebih memperhatikan kebutuhan belerang untuk ternak nya.








BAB II
PERMASALAHAN
2.1. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Belerang ?
2. Apa Saja Manfaat dan Kegunaan Belerang  ?
3. Apa Saja Sumber Belerang Pada Pakan ?
4. Bagaimana Kebutuhan Belerang pada Ternak ?
5. Apa saja Defisiensi Belerang pada Ternak ?
6. Bagaimana Upaya Pencegahan dan Penanganan Defisiensi Belerang?
2.2. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Belerang
2. Untuk Mengetahui Manfaat dan Kegunaan Belerang  
3. Untuk Mengetahui Sumber Belerang Pada Pakan
4. Untuk Mengetahui Kebutuhan Belerang pada Ternak
5. Untuk Mengetahui Defisiensi Belerang pada Ternak
6. Untuk Mengetahui Upaya Pencegahan dan Penanganan Defisiensi Belerang 








BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Definisi Belerang
Belerang adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Belerang merupakan unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam bentuk senyawa asam amino unit kecil dari protein (Mahfiroh, 2013)

Belerang merupakan elemen yang terdapat dalam ikatan protein. Ada tiga senyawa asam amino yang terkait sulfur, yaitu metionin, sistin dan sistein. Selain itu, belerang ini  sering disebut juga sulfur (s) yaitu bagian dari zat-zat gizi esensial, seperti vitamin tiamnin dan biotin serta asam amino metionin dan sistein. Sulfur terdapat dalam tulang rawan, kulit, rambut dan kuku yang banyak mengandung jaringan ikat yang  bersifat kaku. Sumber sulfur adalah makanan yang mengandung berprotein Sulfur berasal dari makanan yang terikat pada asam amino yang mengandung sulfur yang diperlukan untuk sintesis zat-zat penting (Ambar Karto, 1999)

3.2. Manfaat dan Kegunaan Belerang
Kegunaan belerang yang utama bagi ternak adalah sebagai salah satu unsur penting yang mempengaruhi  proses fermentasi dalam rumen. Selain itu, Sulfur juga berperan dalam penyusun asam amino metionin dan sistein. Asam amino ini sangat berguna bagi ternak. Belerang juga  penting untuk pembentukan sintesa protein mikroba sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh mikroba rumen. Sulfur adalah komponen penting dari  beberapa asam amino (metionin dan sistein), vitamin (thiamin dan biotin), hormon insulin dan eksoskleton krustacea. Sulfur dalam bentuk asam sulfat merupakan komponen penting dari chondroitin, fibrinogen, dan taurin. Beberapa enzim seperti koenzim A dari glutathione, keaktifan mereka tergantung kepada gugus sulphidril bebas. Selain itu sulfur juga Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi, bagian dari tiamin, biotin dan hormone insuline serta membantu detoksifikasi. Sulfur juga berperan melarutkan sisa metabolisme sehingga bisa dikeluarkan melalui urin, dalam bentuk teroksidasi dan dihubungkan dengan mukopolisakarida. (Georgievski , 1982)
3.3. Sumber Belerang Pada Pakan
Sulfur  berasal dari makanan yang terikat pada asam amino. Pada sayuran dan pakan ternak, sulfur ditemukan dalam bentuk non-oxidation state dan dinamakan sulfur netral . Pada tanaman umumnya, kadar sulfur relatif rendah, begitu juga dalam pakan ternak. Dalam jumlah yang relatif banyak biasanya sulfur terdapat pada biji-bijian yang berminyak dan tanaman legume (kedele dan peas), bungkil kelapa, meadow hay, skim milk, daging, dan tepung ikan. Kadar sulfur dari berbagai bahan pakan terlihat pada (Tabel 1) Kandungan sulfur sangat bergantung pada kondisi tanah, umur dan jenis tanaman maupun pakan dengan kandungan protein, tenltama protein yang berkaitan dengan kandgngan asam amino metionin dan sistin . Sulfur dan berbagai bentuknya digunakan oleh marnalia dalatn banyak cars (jalan) . Sulfur dari asam amino metionin dan sistein berperan penting dalam struktur pada set-set hewan. Sulfur ternyata juga terdapat pada rambut, tulang rawan, hati, tulang, otot, paru-pant, otak, darah, dan dalanl konsentrasi yang tinggi terdapat pada testis dan spenna. Sulfur dan tulang rawan terdapat pada semiia set-set dalam bentuk sistin, sistein dan metionin. Wool mengandung 4% sulfur dalam bentuk asam amino sistein . Tulang rawan dan tulang segar mengandung 0,15 dan 0,3% sulfitr . Dalam darah sulfur terdapat pada plasma (140 mg/100 ml), dalam darah merah (165 mg/100 ml) dan dalam darah putih (290 mg/100 nil)  (Ambar Karto, 1999)
Sulfur diserap dalam usus halus seperti asamasam amino bebas, sulfat, thiamin, pyridoxine dan biotin . Protein bersulfur anorganik diserap hanya sedikit . Konsentrasi sulfur dalatn rumen berkisar 50- 500 mg/l tergantung dari pakan yang dikonsumsi . Sulfur esensial terdapat dalam mikroorganisme yang mencerna selulose dan menggunakan non protein nitrogen (NPN) serta untuk mensintesa kelompok vitamin B. Dalam tulang dan tulang rawan, 35S berada pada senyawa chondroitin sulfat, dalam bulu domba sebagai sistin, clan dalam sperma sebagai unidentified protein. Dalam putih dan kuning telur , 35S sebagai senyawa sulfat 35S sistin dan hanya sedikit 35S yang terdapat dalam metionin.  Dalam Susu, senyawa sulfur mengandung 0,03% dalam bentuk sulfur asam amino, laktoalbumin, laktoglobulin dan amino sulfat (0,15%) (Ambar Karto, 1999)





Tabel 01. Kandungan sulfur dalam bahan pakan ternak
                                            (Ambar Karto, 1999)

3.4 Kebutuhan Belerang
Tabel 02. Kebutuhan sulfur untuk domba
Pada (Tabel 02) tertera kebutuhan sulfur untuk domba pada umur dan bobot badan yang berbeda. Dari tabel Terlihat adanya hubungan antara bobot badan dan kebutuhan Belerang, semakin berat maka hubungannya pun bertambah. semakin tinggi kenaikan bobot badan maka kebutuhan sulfur pun makin banyak. Pada domba, hubungan kebutuhan sulfur dengan bobot badan, umur dan kenaikan bobot badan mengikuti persamaan

Y(g) = 0,351 X + 1,474 Xz - 0,0104 X - 0,659

dengan r = 0,98. Y(g) adalah kebutuhan sulfur dalam bobot badan berdasarkan umur, X adalah umur ternak dalam bulan, dan Z adalah bobot badan (kg) (Ambar Karto, 1999)

Konsumsi protein maupun sulfur pada ruminansia memiliki kesamaan,hal ini disebabkan karena protein mempunyai ikatan sulfur. Pada (Tabel 03) terlihat bahwa setiap selang 50 kg bobot badan kebutuhan sulfur pun bertambah rata-rata 1,5 g dan rata-rata kenaikan produksi susu sebanyak 5 liter. Kebutuhan sulfur rata-rata bertambah 3 g pada produksi susu segar berkadar protein 3,2%.  sulfur dari sodium sulfat yang diberikan secara oral pada sapi perah yang berproduksi, dalam tempo 12 hari sudah terikat dalam asam amino sistin clan metionin dari susu. Sedangkan sulfur anorganik yang diberikan pada sapi perah dalam makanan alamiah, sulfurnya masih dalam bentuk anorganik. Hal ini terjadi apabila ransum sapi perah mengandung non protein nitrogen (NPN) dengan kandungan sulfur yang rendah (Ambar Karto, 1999)

Tabel 03. Kebutuhan sulfur bagi sapi perah yang berproduksi (g/hari)
(Ambar Karto, 1999)

3.5  Defisiensi Belerang
Sulfur atau Belerang, memiliki andil dalam membentuk protein di dalam tubuh. Tanda-tanda kekurangan belerang/sulfur meliputi anoreksia, penurunan rataan pertumbuhan, penurunan atau ketidakseimbangan , penurunan efisiensi penggunaan pakan, penurunan konsentrasi protein serum, anemia, akumukasi lemak pada hati, edema, (pada beberapa kasus), penurunan bobot lahir, penurunan produksi susu, dan penurunan sintesis enzim dan hormon tertentu.  Kekurangan sulfur dalam ransum yang tidak sesuai dengan kemampuan prestasi produksi, maka akan menurun-kan produksi susu dan protein ransum yang dibutuhkan untuk mempertahankan tubuh menurun atau protein tubuh yang telah terbentuk akan digunakan kembali dalam usaha untuk menutupi kebutuhan yang sebenarnya (Tilmam, 1986)
Selain itu menurut (Ambar Karto, 1999) Apabila ternak mengalami defisiensi sulfur, maka maka konsumsinya akan menurun, jumlah organisme rumen menurun, kecernaan pati dam sintesa protein menurun, metabolisme laktat darah dan konsentrasi gula menurun, konsentrasi asam amino dalam plasma darah berubah dan level urea darah meningkat.


3.6  Upaya Pencegahan dan Penanganan Defisiensi Belerang
Upaya Pencegahan dan Penanganan defisiensi belerang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Almatsier, 2004)
·         Memberikan  protein yang bersulfur
protein ini di dalam rumen akan dipecah sehingga akan melepaskan sulfur yang akan menstimulir bakteri selulotik. Apabila pakan yang dikonsumsi ternak  cukup mengandung protein Dampak defisiensi sulfur sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
·         Pemberian pakan tambahan berupa mineral blok atau pakan konsentrat yang mengandung mineral yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ternak karena defisiensi belerang sendiri dapat dicukupi oleh pemberian pakan yang mengandung mineral dan protein.











BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
            Belerang merupakan elemen yang terdapat dalam ikatan protein. Ada tiga senyawa asam amino yang terkait sulfur, yaitu metionin, sistin dan sistein. Kegunaan belerang yang utama bagi ternak adalah sebagai salah satu unsur penting yang mempengaruhi  proses fermentasi dalam rumen. Selain itu, Sulfur juga berperan dalam penyusun asam amino metionin/ sistein dan pembentukan sintesa protein mikroba. sulfur terdapat pada biji-bijian ,bungkil kelapa, rambut, tulang rawan dan juga di hati. kebutuhan sulfur untuk ternak tergantung pada umur dan bobot badan. Semakin tinggi kenaikan bobot badan maka kebutuhan sulfur pun makin banyak. Defisiensi belerang/ sulfur pada ternak dapat dilihat dengan adanya gejala anoreksia, konsumsinya akan menurun, jumlah organisme rumen menurun, kecernaan pati dam sintesa protein menurun, metabolisme laktat darah dan konsentrasi gula menurun, konsentrasi asam amino dalam plasma darah berubah dan level urea darah meningkat. Upaya Pencegahan dan Penanganan defisiensi belerang dapat dilakukan dengan cara memberikan  protein yang bersulfur dan memberian pakan tambahan berupa mineral blok atau pakan konsentrat yang mengandung mineral yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ternak karena defisiensi belerang sendiri dapat dicukupi oleh pemberian pakan yang mengandung mineral dan protein.















DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum : Jakarta

Ambar Karto, 1999. Peran Dan Kebutuhan Sulfur Pada Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak : Bogor

Georgievskii, 1982. Mineral Nutrition of Animals. Butterworth Durba : Wellingto Toronto

Mahfiroh, 2013. Pengaruh Pemberian Urea Molease Mineral Blok Terhadap Kadar Mineral Serum Sapi Yang Memperlihatkan Gejala Defisiensi Mineral. Universitas Syiah Kuala : Aceh

Tilmann, 1986.  Ilmu makanan ternak dasar.  Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.













date Jumat, 13 Juni 2014

0 komentar to “MAKALAH NUTRISI KLINIK VETERINER “Defisiensi Belerang pada Ternak””

Leave a Reply: